Inovasi MOBIL ASIG (Modal Bilang Aku Siap Antar Jaga) merupakan bentuk pelayanan sosial berbasis desa yang sederhana, murah, namun berdampak besar bagi kesejahteraan dan keselamatan masyarakat. Dengan pendekatan yang responsif, gotong royong, dan tidak birokratis, desa mampu menjadi pelindung sekaligus pelayan bagi warganya, terutama kelompok rentan yang selama ini sulit mengakses layanan darurat.
Inovasi ini memperlihatkan bahwa kekuatan pelayanan publik tidak selalu bergantung pada anggaran besar, melainkan pada niat, sistem yang jelas, dan keterlibatan masyarakat secara kolektif. MOBIL ASIG menjadi simbol kepedulian, kesiapsiagaan, dan solidaritas desa untuk hadir kapan pun warga membutuhkan.
Tahapan Inovasi
1. Tahap Identifikasi Masalah dan Penyadaran
Dilakukan pemetaan permasalahan akses transportasi sosial oleh pemerintah desa melalui dialog warga, musyawarah RT, dan pengumpulan keluhan masyarakat.
Kasus-kasus darurat yang terlambat ditangani karena tidak ada kendaraan menjadi bahan refleksi dan pengambilan keputusan.
2. Tahap Perencanaan dan Desain Inovasi
Pemerintah desa menyusun konsep layanan mobil desa untuk warga, yang kemudian diberi nama MOBIL ASIG.
Penetapan peraturan desa (Perdes) internal atau kesepakatan musyawarah sebagai dasar operasional inovasi.
Menyusun SOP layanan, jadwal sopir jaga, dan sistem pengaduan serta pelaporan.
3. Tahap Sosialisasi dan Pelibatan Warga
Sosialisasi dilakukan melalui pertemuan warga, media sosial desa, pamflet di balai desa, dan pengumuman keliling.
Dibentuk tim pengelola yang terdiri dari sopir desa, perangkat, dan relawan RT/RW.
Pemasangan stiker dan branding “MOBIL ASIG” di mobil desa untuk memperkuat identitas layanan.
4. Tahap Implementasi dan Uji Coba
Dimulai dengan skema uji coba selama dua minggu, mengidentifikasi jenis layanan terbanyak (pengantaran sakit, ibu hamil, antar-jemput dokumen).
Sistem dinilai efektif karena langsung digunakan warga dan respons cepat dari tim pengelola.
Warga menyampaikan apresiasi dan menyarankan agar inovasi terus dilanjutkan secara permanen.
5. Tahap Evaluasi dan Penguatan
Evaluasi dilakukan setiap bulan dengan rapat pengelola dan perangkat desa.
Penyesuaian jadwal jaga, pembagian tugas relawan, serta penganggaran BBM dan perawatan kendaraan dibahas secara periodik.
Desa mulai menjajaki potensi kerja sama dengan pihak ketiga (misalnya puskesmas atau relawan kesehatan) untuk memperkuat sistem layanan